LAPORAN HASIL KEGIATAN PPKT
Diajukan untuk
Melengkapi Tugas Akhir
Pelaksanaan PPKT
Oleh Kelompok :
1.
Sirwan NPM. 3110 100
41
2.
Hasran
Febri NPM. 3110
100 44
3.
Ardin NPM. 3110
100 57
4.
Risna
Pala NPM.
3110 100 17
5.
Nurfifiyanti NPM. 3110 100 35
6.
Nurma NPM. 3110
100 50
7.
Perwitasari NPM. 3110 100 56
8.
Eki
Juniarty NPM. 3110
102 50
9.
Hamida NPM. 3110
100 12
Sekolah Dasar : SD Negeri 4 Wameo
Kecamatan : Batupoaro
Kota : Baubau
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH BUTON
2015
LEMBAR LEGALISASI
/ PENGESAHAN
Ketua : Sirwan
Anggota :
1. Hasran Febri
2. Ardin
3. Risna Pala
4. Nurfifiyanti
5. Nurma
6. Perwitasari
7. Eki Juniarti
8. Hamida
|
311010041
311010044
311010057
311010017
311010035
311010050
311010056
311010250
311010012
|
|
Dosen
Pembimbing,
Manan, S.Pd.,M.Pd.
NBM.0915058003
|
Disetujui Oleh
Diketahui
Dekan FKIP
Suardin, S.Pd, M.Pd.
NBM.
968921
|
Kepala
Sekolah,
Drs. Asruddin,M.Pd.I
NIP.
19581231 198512 1
010
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan laporan akhir Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya, sekalipun dalam bentuk yang sederhana.
Penyusunan laporan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) ini disusun berdasarkan hasil observasi dan kegiatan langsung di lapangan.
Kami
menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu melalui kesempatan ini kami mengharapkan sumbangan pemikiran yang
bersifatkonstruktif demi perbaikan di masa
yang akandatang.
Keberhasilan dalam laporan ini tidak luput dari bantuan semua pihak, olehnya itu kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak
Suriadi, S.P.MM.,Rektor Universitas Muhammadiyah Buton yang selama ini telah berupaya dan mengembangkan aktivitas keilmuan di Universitas Muhammadiyah Buton.
2. Bapak Suardin, S.Pd.,M.Pd., Dekan yang telah bekerja keras menyelenggarakan aktivitas dan pelayanan pendidikan akademik di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhamma diyah Buton.
3. Bapak H. Zanuarto
Ambar Suryono, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Buton.
4. Bapak Manan S.Pd.,M.Pd, seebagi Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan laporan ini.
5. Bapak Gawise S.Pd.,
Ketua Panitia serta anggota panitia yang lainnya yang
telah bekerja keras menyelenggarakan aktivitas Praktik Profesi
Keguruan Terpadu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Buton.
6. Bapak Drs. Asruddin, M.Pd.I., sebagai Kepala
SD Negeri 4 Wameo serta seluruh Dewan Guru dan Staf Tata Usaha yang
dengan senang hati terbuka menerima kami dan memberikan data yang
diperlukan dalam penyusunan laporan ini.
7. Ibu Kamsaria, S.Pd., dan Bapak La Aca, A.Ma.Pd.SD., sebagai Guru
Pamong yang dengan senang hati terbuka menerima dan memberikan bimbingan kepada mahasiswa PPKT.
8. Kepada kedua orang tua yang
telah memberikan dukungan dan motivasi selama proses PPKT berlangsung.
Akhir
kata semoga laporan ini dapat bermanfaat kepada semua pihak yang membutuhkan maupun sebagai bahan acuan bagi mahasiswa Praktik Profesi Keguruan Terpadu ( PPKT ) selanjutnya
Baubau, 7 Mei 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi ............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat .................................................................... 4
D. Sasaran Penelitian......................................................................... 5
E. Metode yang digunakan .............................................................. 5
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI
PPKT
A. Letak Geografis ........................................................................... 6
B. Profil Sekolah............................................................................... 8
C. Program PPKT ............................................................................ 15
BAB III KERANGKA PEMECAHAN
MASALAH
A.
Pengertian Model
Pembelajaran ................................................. 18
B.
Pengertian Model
Pembelajaran CTL ........................................ 21
C.
Cara Kerja Model
Pembelajaran CTL ........................................ 27
BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM
DAN HASIL
A.
Realisasi Pemecahan
Masalah...................................................... 28
B.
Faktor Pendorong......................................................................... 29
C.
Faktor Penghambat...................................................................... 30
BAB V PENUTUP
A.
Simpulan....................................................................................... 31
B.
Saran............................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 34
LAMPIRAN ................................................................................................. 35
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Data Jumlah
Guru PNS dan GTT................................................... 9
Tabel
2. Data Nama-Nama Guru SD Negeri 4 Wameo................................ 10
Tabel
3. Data Jumlah Siswa SD Negeri 4 Wameo........................................ 12
Tabel
4. Data Rombongan Belajar SD Negeri Wameo ............................... 12
Tabel
5. Data Sarana dan Prasarana SD Negeri 4
Wameo .......................... 14
Tabel
6. Data
Infrastuktur SD Negeri 4 Wameo.......................................... 14
Tabel
7. Data
Perlengkapan dalam Satu Ruangan Belajar ........................... 15
Tabel
8. Perbandingan
Model Pembelajaran CTL dengan Konvensional ... 22
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Denah Sekolah Dasar Negeri 4 Wameo....................................... 7
Gambar 2. Struktur Organisasi SD Negeri 4 Wameo.................................... 13
Gambar 3. Cara kerja model Pembelajaran CTL .......................................... 27
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran
1. Kalender Pendidikan
Lampiran
2. Daftar Nama-nama Siswa SD Negeri 4 Wameo dari kelas I s/d kelas VI
Lampiran
3. Dokumentasi
Lampiran
4. Silabus dan RPP
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Analisis Situasi
Belajar
merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,
bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Pernyataan tersebut
menjadi ungkapan bahwa manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu
sendiri sampai kapanpun dan dimanapun manusia itu berada dan
belajar juga menjadi kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan. Kemajuan pengetahuan dan teknologi pada saat
ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam bidang pendidikan karena pendidikan merupakan sektor yang sangat penting
dalam pengembangan sumber daya manusia. Pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. Usaha meningkatkan kualitas dan
kuantitas pendidikan dilaksanakan dengan menyempurnakan
proses belajar mengajar.
Peningkatan
proses belajar mengajar bertujuan agar peserta didik mendapatkan hasil belajar yang baik.
Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi
faktor dari dalam individu dan faktor dari luar individu. Faktor dari dalam
individu misalnya motivasi belajar, IQ dan ketekunan sedangkan faktor dari
luar individu misalnya pendekatan belajar guru dan metode mengajar
guru dalam memberikan pembelajaran di kelas.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang aplikasinya sangat mempengaruhi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan matematika selalu
dibutuhkan, tidak hanya dibidang matematika saja, tetapi juga mempengaruhi
cabang ilmu lainnya. Selain itu, banyak fenomena yang selalu kita jumpai dan
itu menerapkan prinsip-prinsip matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika dapat membentuk seseorang mempunyai daya nalar yang tinggi dalam
pemecahan masalah dan mampu menjabarkannya secara logis dan sistematis.
Cronbach dalam Riyanto, (2009 : 5) mengemukakan bahwa : “Belajar merupakan
perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.” Agar perubahan perilaku itu memberikan hasil sesuai
dengan tujuan pembelajaran matematika maka dituntut keaktifan siswa dalam
belajar. Siswa harus menyenangi matematika karena matematika memberikan mereka
tantangan dalam proses pengerjaannya. Seharusnya siswa penuh semangat, kreatif,
gigih, dan antusias dalam belajar matematika.
Kenyataan yang ditemui penulis di lapangan belum menunjukkan pembelajaran
matematika di sekolah sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini terlihat dari
berbagai aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan siswa dalam proses
belajar-mengajar. Bagi siswa matematika hanyalah pelajaran yang terdiri dari
sekelumit angka-angka, serta tidak tahu untuk apa sebenarnya mereka mempelajari
dan memecahkan persoalan matematika tersebut. Siswa juga kurang memahami konsep
pelajaran sehingga saat guru menanyakan mengenai materi yang telah dipelajari
sebelumnya, siswa banyak yang sudah lupa. Hal ini disebabkan siswa tidak
memahami konsep dengan baik.
Sebenarnya permasalahan yang dihadapi siswa tersebut adalah mereka belum
bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan
itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka memperolah informasi dan
motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa membantu
mereka. Seorang guru harus mampu mencobakan berbagai inovasi dalam
pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk merangkul siswa terlibat secara aktif
dalam belajar dan membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran matematika.
Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
dalam pembelajaran matematika akan mampu menarik perhatian siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam belajar. CTL mengapresiasikan mata pelajaran dengan
realita-realita yang telah diketahui siswa dalam kehidupan sehari-hari.
CTL akan menuntun siswa untuk memperoleh pengetahuan yang bermakna sehingga
siswa merasa akrab dengan matematika dan menimbulkan minat serta motivasi dalam
penguasaan materi. Hal ini sesuai dengan pengertian pembelajaran CTL menurut
Yatim Riyanto, (2009 : 161 ) bahwa: “pendekatan Contekstual Teaching and
Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.”
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia
nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa
Berdasarkan uraian diatas, maka Penerapan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran matematika merupakan salah satu
solusi untuk menjadikan mata pelajaran matematika lebih menarik.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan analisis situasi diatas dan persoalan yang di temui dilapangan,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan
berikut: “Bagaimana Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) dalam pembelajaran matematika di SD Negeri 4
Wameo ?”
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan pembelajaran dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui cara meningkatkan Rendahnya motivasi belajar peserta didik menggunakan Model Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran matematika dengan
materi perkalian dan pemabagian.
2. Mengetahui peningkatan motivasi belajar peserta didik menggunakan Model Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran matematika dengan
materi perkalian dan pemabagian.
3. Mengetahui cara meningkatkan Rendahnya hasil belajar peserta didik menggunakan Model Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran matematika dengan
materi perkalian dan pemabagian.
4. Mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik menggunakan Model Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran matematika dengan
materi perkalian dan pemabagian
Adapun Manfaat pembelajaran dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi Guru :
a. Memberi gambaran metode pembelajaran
yang efektif sebagai usaha meningkatkan motivasi belajar peserta didik
b. Memberi alternatif pembelajaran di
kelas untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
2. Bagi Penulis, menambah wawasan,
pengetahuan maupun pengalaman dalam hal membelajarkan peserta didik di kelas dengan menggunakan Model Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL)
3. Bagi Sekolah
Sebagai sumber informasi pada pendidik untuk Mengembangkan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada saat belajar matematika sehingga Dapat meningkatkan proses belajar matematika di kelas
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan
penelitian berikutnya.
D.
Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian dipilih siswa kelas IV.a SD Negeri 4
Wameo untuk tahun pelajaran 2014/ 2015
yang berjumlah 19 siswa dengan laki-laki 10 orang dan perempuan 9 orang, dengan
materi yang diajarkan adalah perkalian
dan pembagian pada operasi hitungan.
E.
Metode yang digunakan
Penelitian
ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan untuk
memperbaiki pembelajaran matematika di SD dengan menggunakan model CTL sebagai alternatif
tindakan. Untuk jenis metode yang dipakai
adalah kuantitatif (diperoleh dari hasil belajar ) dan kualitatif yang
diperoleh melalui lembar observasi dan jurnal.
BAB
II
GAMBARAN
UMUM SEKOLAH PPKT
A.
Letak
Geografis
SD Negeri 4
Wameo merupakan salah satu Sekolah Dasar
yang ada di kota Baubau yang terletak di kelurahan Meomeo tepatnya di jalan Erlangga
No.74 Kecamatan Batupoaro, Kota Baubau. Batas-batas wilayah SD Negeri 4 Wameo yaitu
:
·
sebelah barat : jalan setapak
·
sebelah timur : rumah penduduk
·
sebelah utara : rumah penduduk
·
sebelah selatan : rumah penduduk
Adapun denah gambar SD Negeri 4 Wameo ada di bawah
ini :
A : Ruang Kantor
B : Ruang Kepala Sekolah
C : WC Guru
D : WC
Siswa
E : Mushollah
F : Ruang Kelas VI A/B
G : Ruang Kelas III A/B
H : Ruang Kelas V A/B
I : Ruang Kelas I dan Kelas II A/B
J : Ruang Kelas IV A/B
K : Ruang Perpustakaan
L : Ruang UKS
M : Kantin
N : Parkiran
O : Pintu Gerbang
B.
Profil
Sekolah
Ø Sejarah SD Negeri 4 Wameo
Sejak berdirinya SD 4 Wameo ini pada tahun 1979
ditanah yang dihibahkan oleh masyarakat yang luasnya 1002,52 m2, dengan
kepala sekolah pertama adalah Bapak Eshaya. Pada awalnya sekolah ini hanya
memiliki 3 ruangan. Pada tahun 2000 , oleh Badan Akreditasi Sekolah, sekolah
ini mendapat akreditasi C dengan 5 ruangan belajar dan pada tahun 2006 mendapat
akreditasi B. Oleh karena itu, SD Negeri 4 Wameo berupaya memberikan pendidikan
pemahaman tentang pentingnya dunia pendidikan bagi anak bangsa.
Dalam proses administrasi dan kegiatan belajar
mengajar dari sejak berdirirnya sampai sekarang ini periode kepemimpinan SD
Negeri 4 Wameo dipimpin oleh beberapa kepala sekolah antara lain:
1.
Ehsaya (pada tahun 1979 - 1990)
2.
La Ode Muhayun (pada tahun 1990
- 1996)
3.
La Iha (pada
tahun 1996 - 2002)
4.
Hj. Wa Ode Sufiyani (pada tahun 2002 - 2006)
5.
Drs.Asruddin, M.Pd.I (pada tahun 2006 - sekarang)
Ø Identitas Sekolah
1.
Nama Sekolah : SD Negeri 4 Wameo
2.
Alamat :
Jl. Erlangga. No.74c
Kelurahan :
Wameo
Kecamatan : Batupoaro
Kota : Baubau
Propinsi : Sulawesi Tenggara
No. Telp : -
3.
Nama Yayasan : -
4.
Status Sekolah : Negeri
5.
Akreditasi : B
6.
SK Kelembagaan : -
7.
NSS :
101200602019
8.
NPSN :
40402967
9.
Tipe Sekolah :
-
10. Tahun
didirikan : 1979
11. Status
Tanah : Hibah
12. Luas
Tanah : 1002,52
m2
13. Nama
Kepala Sekolah : Drs.
Asruddin,M.Pd.I
14. No.
SK Kepala Sekolah : 821.2/009
tahun 2OO6
15. Masa
Kerja Kepala Sekolah : 30 Tahun 00 bulan
16. Nama
Ketua Komite : Zainuddin,
S. S.Ag
Ø Keadaan Personil SD Negeri 4 Wameo
Personil yang dimaksud adalah tenaga pengelola yang
berperan dalam proses kegiatan pendidikan di sekolah yang terdiri dari kepala
sekolah sebagai pimpinan dan guru pengajar serta tata usaha di sekolah
tersebut. Jumlah guru yang mengajar di SD Negeri 4 Wameo terlihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 1. Data
jumlah guru PNS dan GTT.
No.
|
Tipe Guru
|
JUMLAH GURU
|
KETERANGAN
|
L
|
P
|
JUMLAH
|
1.
|
PNS
|
4
|
11
|
15
|
Aktif
|
2.
|
GTT
|
1
|
3
|
4
|
Aktif
|
3.
|
PTT
|
2
|
-
|
2
|
Aktif
|
Adapun nama-nama guru SD Negeri 4 Wameo terlihat
pada tabel berikut :
Tabel 2. Data Nama-Nama Guru SD Negeri 4 Wameo
No.
|
NAMA/
NIP
|
PANGKAT/
GOL
|
JABATAN
|
1.
|
Drs.
Asruddin, M.Pd.I
NIP.
19581231 198512 1 010
|
Pembina
IV/A
|
Kepala Sekolah
|
2.
|
Hj.
Wa Ode Ratna Djaku,S.Pd
NIP.
19590101 197803 2 022
|
Pembina
IV/A
|
Guru Kelas VI.a
|
3.
|
Sitti
Safia,S.Pd
NIP.
19611231 198112 2 022
|
Pembina
IV/A
|
Guru Kelas V.a
|
4.
|
Surtina,
S.Pd.
NIP.19600514
197909 2 002
|
Pembina
IV/A
|
Guru Kelas II.a
|
5.
|
Malida,
A.Ma
NIP.
19551231 198201 2 002
|
Pembina
IV/A
|
Guru Agama
|
6.
|
Kamsaria,S.Pd
NIP.
19620514 198610 2 004
|
Pembina
IV/A
|
Guru Kelas I
|
7.
|
Marina,
A.Ma.Pd
NIP.
19551231 198408 2 004
|
Pembina
IV/a
|
Guru Kelas III.b
|
8.
|
La
Aca, A.Ma.Pd.SD
NIP.
19590710 198112 1 011
|
Pembina
IV/A
|
Guru
Kelas V.b
|
9.
|
Zamin,
A.Ma.Pd
NIP.
19621231 198207 1 035
|
Pembina
IV/A
|
Guru Kelas IV.b
|
10.
|
Safiah,
S.Pd
NIP.
19661231 198610 2 049
|
Pembina
IV/A
|
Guru Kelas II.b
|
11.
|
Asriati,
S.Pd
NIP.
19830628 200604 2 022
|
Penata Muda
III/A
|
Guru Kelas III.a
|
12.
|
Pasrah,
A.Ma. Pd
NIP.
19661212 198610 2 009
|
Penata
III/C
|
Guru
|
13.
|
La
Ode Syahakti,S.Pd
NIP.
19850521 201101 1 010
|
Penata Muda
III/a
|
Guru
Bahasa Inggris
|
14.
|
Risman,
S.Pd
NIP.
19860502 201101 1 008
|
Penata Muda
III/a
|
Guru
Penjaskes
|
15.
|
Herti
Anai, S.Pd
NIP.
19831110 201101 2 016
|
Penata Muda
III/a
|
Guru kelas IV.a
|
16.
|
Leni,
A.Ma.Pd
NIP.
19841010 201101 2 029
|
Pengatur
II/c
|
Guru Kelas IV.b
|
17.
|
Erfina,
S.Pd.I
|
|
|
18.
|
Eka
Suartina, S.pd
|
|
|
19.
|
Wa
ode Asriyati, A.Ma.Pd
|
|
Guru bahasa daerah
|
20.
|
Saifuddin,
S.Pd
|
|
|
21.
|
Poniman,
A.Md.Comp
|
|
Operator Komputer
|
22.
|
Rusli.
S.Pd
|
|
Operator komputer
|
Ø Keadaan Siswa SD Negeri 4 Wameo
Berdasarkan pengamatan kami, bahwa jumlah siswa SD
Negeri 4 Wameo Tahun ajaran 2014/2015 terdiri dari 11 rombongan belajar yang
seluruhnya berjumlah 234 siswa yang terdiri dari 122 laki-laki dan 113 perempuan.
Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :
Tabel 3. Data jumlah siswa SD Negeri 4 Wameo.
No.
|
KELAS
|
JENIS KELAMIN
|
JUMLAH
|
L
|
P
|
1.
|
I
|
23
|
17
|
40
|
2.
|
II
|
26
|
17
|
43
|
3.
|
III
|
15
|
19
|
34
|
4.
|
IV
|
21
|
16
|
37
|
5.
|
V
|
23
|
15
|
38
|
6.
|
VI
|
16
|
17
|
33
|
JUMLAH
|
124
|
101
|
225
|
Tabel 4. Data Rombongan Belajar SD Negeri 4 Wameo
No.
|
KELAS
|
ROMBEL
|
KETERANGAN
|
1.
|
I
|
1
|
-
|
2.
|
II
|
2
|
a,b
|
3.
|
III
|
2
|
a,b
|
4.
|
IV
|
2
|
a,b
|
5.
|
V
|
2
|
a,b
|
6.
|
VI
|
2
|
a,b
|
JUMLAH
|
11
|
-
|
Ø Keadaan Sarana dan Prasarana
Keadaan
lingkungan fisik sekolah secara keseluruhan sangat mendukung dalam kegiatan
belajar mengajar begitu juga sarana dan prasarana sekolah di SD Negeri 4 Wameo cukup
baik.
Sarana dan prasarana di SD Negeri 4
Wameo dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5. Data Sarana dan Prasarana SD Negeri 4 Wameo
No.
|
Jenis Sarana dan Prasarana
|
Jumlah
|
Kondisi
|
1.
|
Ruang
kelas
|
6
|
baik
|
2.
|
Ruang
perpustakaan
|
1
|
baik
|
3.
|
Ruang
Tata Usaha
|
1
|
baik
|
4.
|
Ruang
Kapsek
|
1
|
baik
|
5.
|
Ruang
Guru
|
1
|
baik
|
6.
|
Ruang
Laboratorium
|
-
|
-
|
7.
|
Ruang
Mushollah
|
1
|
baik
|
8.
|
Ruang
UKS
|
1
|
baik
|
9.
|
Tempat
Parkir
|
1
|
baik
|
10.
|
Ruang
Kantin
|
1
|
baik
|
11.
|
WC.
Guru
|
1
|
baik
|
12.
|
WC.
Siswa
|
1
|
baik
|
13.
|
Lapangan
Olahraga
|
1
|
baik
|
Tabel 6. Data Infrastruktur SD
Negeri 4 Wameo
No.
|
Infrastuktur
|
jumlah
|
keadaan
|
1.
|
Pagar Utama
|
1
|
Baik
|
2.
|
Pagar samping
|
1
|
Baik
|
3.
|
Pagar Belakang
|
1
|
Baik
|
4.
|
Tiang Bendera
|
1
|
Baik
|
5.
|
Bak Air
|
1
|
Baik
|
6.
|
Bak Sampah
|
9
|
Baik
|
Tabel 7. Data Perlengkapan Dalam
Satu Ruang Belajar
No.
|
Nama Perlengkapan
|
Jumlah
|
1.
|
Papan
Tulis
|
1
|
2.
|
Meja
Guru
|
1
|
3.
|
Meja
Siswa
|
35
|
4.
|
Lemari
Buku
|
1
|
5.
|
Kursi
Guru
|
1
|
6.
|
Kursi
Siswa
|
40
|
C.
Program
Kerja PPKT
Ø Waktu
dan Tempat
Praktik Profesi Keguruan Terpadu
(PPKT), dilaksanakan mulai tanggal 3 April sampai dengan tanggal 9 Juni 2014 di
SD Negeri 4 Wameo yang terletak di jalan
Erlangga No. 74 Kelurahan Wameo, Kecamatan Batupoaro, Kota Baubau.
Ø Tahap
Kegiatan
Tahap-tahap kegiatan PPKT meliputi
:
1.
Upacara Penerjunan
Upacara penerjunan dilaksanakan di
depan gedung baru Universitas Muhammadiyah Buton pada tanggal 11 Maret 2015
pukul 08.30 WITA sampai selesai.
2.
Kegiatan inti
a.
Pengenalan Lapangan
Kegiatan pengenalan lapangan di SD
Negeri 4 Wameo dilaksanakan pada tanggal 11 - 14 Maret 2015.
b.
Bidang Pembelajaran
Kegiatan ini dilakukan oleh
mahasiswa PPKT untuk praktik belajar mengajar didalam kelas dengan bimbingan
guru pamong. Adapun kegiatan ini meliputi :
·
Merancang dan menyiapkan media atau alat
peraga pembelajaran yang relevan
·
Melaksanakan praktik pembelajaran
·
Merancang dan melakukan evaluasi dan
laporan pendidikan.
c.
Bidang Penelitian Kependidikan
Selain mengajar mahasiswa PPKT juga
melaksankan Kegiatan penelitian, antara lain meliputi :
·
Menentukan dan merumuskan masalah
peenelitian
·
Menentukan pendekatan dan metode
penelitian yang sesuai
·
Membuat kajian teoritis
·
Membuat kerangka berpikir, hipotesis
atau asumsi (jika diperlukan)
·
Menyusun instrumen penelitian dan
pengumpulan data
·
Melakukan pengelolaan dan analisis data
·
Menyusun laporan penelitian
·
Merekomendasikan hasil penelitian kepada
pihak teerkait untuk pengembangan lembaga.
d.
Bidang Pengabdian Kependidikan
Selain meengajar dan meneliti
mahasiswa juga melakukan kegiatan pengabdian, antara lain yang harus dilakukan
adalah :
·
Melakukan observasi
·
Merancang dan melaksanakan program
kegiatan ko-kurikuler
·
Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler
·
Membantu pendayagunaan media / sumber
belajar
·
Piket dan monitoring kegiatan
kepandidikan
·
Merancang dan mengembangkan kerjasama
dengan pihak lain
·
Melakukan pembinaan kerohanian dan
akhlak
·
Membantu penyelenggaraan peringatan
hari-hari besar islam
·
Penciptaan lingkungan pendidikan yang
berwawasan islam.
e.
Penilaian PPKT
Penilaian PPKT ini merupakan
kewenangan guru pamong dalam mengamati mahasiswa selama di sekolah.
f.
Bimbingan Penyusunan Laporan
Dalam penyusunan laporan, praktikan
mendapat bimbingan dari berbagai pihak yaitu guru pamong, dosen pembimbing,
serta pihak lain yang terkait sehingga laporan ini dapat tersusun tepat pada
waktunya.
BAB III
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
A. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah pembelajaran sama dengan
proses belajar mengajar. Dalam konteks pembelajran terdapat dua komponen
penting, yaitu guru dan peserta didik yang saling berinteraksi. Dengan
demikian, pembelajaran didifinisikan sebagai pegorgaisasian atau penciptaan atau
pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang memungkinkan
terjadinya belajar pada peserta didik.
Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukisakan prosedur yang sistematis dalam mengorgannisaikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas mengajar ( Syaiful Sagala, 2005)
Sedangkan menurut Joyce dan Well
(2000:13) menjelaskan secara luas bahwa model pembelajaran merupakan
deskripsi dari lingkungan belajara yang menggambarkan perencanaan
kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar,
buku-buku pelajaran, program multimedia ddan bantuan belajar melalaui program
komputer. Masih menurut Joyce dan Weil hakekat mengajaar adalah membantu
pelajar (peserta didik) memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai-nilai,
cara berfikir, dan belajar bagaimana belajar.
Merujuk pada pendapat di atas,
penulis memaknai model pembelajaran dalam laporan ini sebagai suatu rencana
yang memperlihatakna pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat
terlihat kegiatan guru dan peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar
atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik.
Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan
atau tahapan perbuatan/kegiatan guru peserta didik yang dikenal dengan istilah
sintaks. Secara implisist di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat
karakteristik lainnya dari sebuah model dan rasional yang membedakan antara
model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lainnya.
Karakteristik Model Pembelajaran
Menurut Rangke L tobing, dkk (1990 : 5 ) mendefinisikan lima karakteristik
suatu medel pembelajaran yang baik, yang meliputi berikut ini.
1.
Prosedur ilmiah
Suatu model pembelajaran harus memeiliki satu prosedur
yang sisitematis untuk mengubah tingkah laku peserta didik atau
memiliki sintaks yang merupakan urutan langkah-langkah
pemebelajaran yang dilakukan guru dan peserta didik
2.
Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan
Suatu model pembelajaran menyebbutkan hasil-hasil
belajar secara rinci mengenai penampilan peserta didik.
3.
Spesifikasi ruang lingkup belajar
Suatu model pembelajran menyebutkan secara tegas
kondisi lingkungan dimana respon peserta didik diobservasi
4.
Kriteria penampilan
Suatu model pembelajaran merujuk pada kriteria
penerimaan penampilan yang diharapkan dari peserta didik. Model pembelajaran
merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari peserta didik yang dapat
didemonstrasikan setelah langkah-langkah mngajar tertentu.
5.
Cara – cara pelaksanaannya
Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang
menunjukan reaksi peserta didik dan interaksinya dengan lingkungan.
Bruce dan weill mengidentifikasikan karakteristik model pembelajaran ke
dalam aspek-aspek berikut :
1.
Sintaks
Suatu model pembelajaran memiliki sintask atau urutan
atau tahapan-thapan kegiatan belajra yang diistilahkan dengan fase yang
menggambarkan bagaimana model tersebut bekerja dalam prakteknya, misalnya
bagaiamana memulai pelajaran, bagaimana memfasilitasi peserta didik dalam menggunakan
sumber belajar.
2.
Sistem sosial
Sistem sosial menggambarkan bentuk kerja sama antara
guru-peserrta didk dalam pembelajaran atau peran-peran guru dan peserta
didik dan hubungannya satu sama lain serta jenis-jenis aturan yang harus
diterapkan.
3.
Prinsip reaksi
Prinsip reaksi menunjukan bahwa kepada guru bagaimana
cara menghargai atau menilai peserta didik dan bagaimana menanggapi apa yang
dilakukan oleh peserta didik.
4.
Sistem pendukung
5.
Sistem pendukung menggambarkan kondisi-kondisi yang
diperlukan untuk mendukung keterlaksanaan moddel pembelajaran, termasuk sarana
dan prasarana, misalnya alat dan bahan, kesiapan guru dan juga kesiapan peserta
didik.
6.
Dampak pembelajaran langsung dan iringan
Dampak pembelajaran langsung merupakan hasil belajra
yang di capai dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang
diharapkan sedangkan dampak iringan adalah hasil belajar lainnya yang
dihasilkan oleh suatu proses pembelajran. Sebagai akibat terciptanya
suasana belajar yang dialami langsung oleh peserta didik.
B. Pengertian Model Pembelajaran CTL
Pembelajaran kontekstual adalah
terjemahan dari istilah Contextual Teaching Learning (CTL). Kata contextual
berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks, suasana, atau
keadaan”. Dengan demikian contextual diartikan ”yang berhubungan dengan suasana
(konteks). SehinggaContextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagi
suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu.
Pembelajaran kontekstual didasarkan
pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan
belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah
diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya.
Pengajaran kontekstual sendiri
pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat yang diawali dengan
dibentuknya Washington State Consortum for Contextual oleh Departemen
Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun 1997 sampai tahun 2001 sudah
diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji,
serta melihat efektifitas penyelenggaraan pengajaran matematika secara
kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11 perguruan tinggi, dan 18 sekolah
dengan mengikutsertakan 85 orang guru dan profesor serta 75 orang guru yang
sudah diberikan pembekalan sebelumnya.
Penyelenggaraan program ini berhasil
dengan sangat baik untuk level perguruan tinggi sehingga hasilnya
direkomendasikan untuk segera disebarluaskan pelaksanaannya. Untuk
tingkat sekolah, pelaksanaan dari program ini memperlihatkan suatu hasil
yang signifikan, yakni meningkatkan ketertarikan siswa untuk belajar, dan
meningkatkan partisipasi aktif siswa secara keseluruhan.
Pembelajaran kontekstual berbeda
dengan pembelajaran konvensional, Departemen Pendidikan Nasional (2002:5)
mengemukakan perbedaan antara pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
dengan pembelajaran konvensional sebagai berikut:
Tabel 8. Perbandingan model pembelajaran CTL dengan
Konvensional
CTL
|
Konvensional
|
−
Pemilihan informasi kebutuhan individu siswa;
|
−
Pemilihan informasi ditentukan oleh guru;
|
−
Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang
(disiplin);
|
−
Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin)
tertentu;
|
−
Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan awal
yang telah dimiliki siswa;
|
−
Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai
pada saatnya diperlukan;
|
−
Menerapkan penilaian autentik melalui melalui
penerapan praktis dalam pemecahan masalah;
|
−
Penilaian hasil belajar hanya melalui kegiatan
akademik berupa ujian/ulang
|
Langkah – Langkah pembelajaran dengan model CTL antara
lain :
1)
Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstuksikan
sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2)
Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk
semua topik
3)
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4)
Menciptakan masyarakat belajar
5)
Menghadirkan model sebagai contoh belajar
6)
Melakukan refleksi diakhir pertemuan
7)
Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai
cara.
Ciri kelas yang menggunakan pembelajaran model CTL :
1.
Pengalaman nyata
2.
Kerjasama , saling menunjang
3.
Gembira, belajar dengan gairah
4.
Pembelajaran terintegrasi
5.
Menggunakan berbagai sumber
6.
Siswa aktif dan kritis
Karakteristik Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) Pembelajaran
kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif
yaitu : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan
(Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling),
refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
(Depdiknas, 2003:5).
1. Konstruktivisme
(Constructivism)
Setiap individu
dapat membuat struktur kognitif atau mental berdasarkan
pengalaman mereka maka setiap individu dapat membentuk konsep atau ide baru,
ini dikatakan sebagai konstruktivisme (Ateec, 2000). Fungsi guru disini
membantu membentuk konsep tersebut melalui metode penemuan (self-discovery),
inquiri dan lain sebagainya, siswa berpartisipasi secara aktif dalam membentuk
ide baru.
Menurut Piaget pendekatan
konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu :
1)
Mengandung pengalaman nyata (Experience);
2)
Adanya interaksi sosial (Social interaction);
3)
Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (Sense
making);
4)
Lebih memperhatikan pengetahuan awal (Prior Knowledge).
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan
kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap
diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman nyata. Berdasarkan pada pernyataan tersebut,
pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
(Depdiknas, 2003:6).
Sejalan dengan pemikiran Piaget mengenai kontruksi pengetahuan dalam otak.
Manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang
masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap kotak itu akan
diisi oleh pengalaman yang dimaknai berbeda-beda oleh setiap individu. Setiap
pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotak yang sudah berisi
pengalaman lama sehingga dapat dikembangkan. Struktur pengetahuan dalam otak
manusia dikembangkan melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi.
2. Bertanya
(Questioning)
Bertanya merupakan
strategi utama dalam pembelajaran kontekstual. Kegiatan
bertanya digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan
berpikir siswa sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting
dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry. Dalam
sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
1)
Menggali informasi, baik administratif maupun
akademis;
2)
Mengecek pengetahuan awal siswa dan pemahaman siswa;
3)
Membangkitkan respon kepada siswa;
4)
Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;
5)
Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang
dikehendaki guru;
6)
Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;
7)
Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
3. Menemukan
(Inquiry)
Menemukan merupakan
bagian inti dari pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri (Depdiknas, 2003). Menemukan
atau inkuiri dapat diartikan juga sebagai proses pembelajaran didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Secara umum
proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu :
1)
Merumuskan masalah ;
2)
Mengajukan hipotesis;
3)
Mengumpulkan data;
4)
Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan;
5)
Membuat kesimpulan.
Melalui proses berpikir yang sistematis, diharapkan siswa
memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis untuk pembentukan kreativitas siswa.
4. Masyarakat
belajar (Learning Community)
Konsep Learning Community
menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
Hasil belajar itu diperoleh dari sharing antarsiswa, antarkelompok, dan antar
yang sudah tahu dengan yang belum tahu tentang suatu materi. Setiap elemen
masyarakat dapat juga berperan disini dengan berbagi pengalaman (Depdiknas,
2003).
5. Pemodelan
(Modeling)
Pemodelan dalam pembelajaran
kontekstual merupakan sebuah keterampilan atau pengetahuan tertentu dan menggunakan
model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu atau
guru memberi contoh cara mengerjakan sesuau. Dalam arti guru memberi
model tentang “bagaimana cara belajar”. Dalam pembelajaran kontekstual, guru
bukanlah satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Menurut Bandura dan Walters, tingkah
laku siswa baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru
suatu model. Model yang dapat diamati atau ditiru siswa digolongkan menjadi :
−
Kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang tua,
guru, atau orang lain.;
−
Simbolik (symbolic), model yang dipresentasikan secara
lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar ;
−
Representasi (representation), model yang
dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual, misalnya televisi dan
radio.
6. Refleksi
(Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir
tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang
sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya
sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahun yang baru ini
merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun yang baru
diterima (Depdiknas, 2003).
Pada kegiatan pembelajaran, refleksi
dilakukan oleh seorang guru pada akhir pembelajaran. Guru menyisakan waktu
sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang realisasinya dapat berupa :
a.
Pernyataan langsung terhadap apa yang diterima hari
ini
b.
Catatan atau jurnal dibuku siswa
c.
Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
d.
Diskusi
e.
Hasil karya
7. Penilaian
yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian autentik merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa agar guru dapat memastikan
apakah siswa telah mengalami proses belajar yang benar. Penilaian autentik
menekankan pada proses pembelajaran sehingga data yang dikumpulkan harus
diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses
pembelajaran.
Karakteristik authentic assessment menurut Depdiknas (2003) di antaranya:
dilaksanakan selama dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan
untuk formatif maupun sumatif, yang diukur keterampilan dan sikap dalam
belajar bukan mengingat fakta, berkesinambungan, terintegrasi, dan dapat
digunakan sebagai feedback. Authentic assessment biasanya berupa kegiatan yang
dilaporkan, PR, kuis, karya siswa, prestasi atau penampilan siswa, demonstrasi,
laporan, jurnal, hasil tes tulis dan karya tulis. Menurut Elaine B. Johnson
(2011 : 289) “penilaian autentik meningkatakan pembeljaran dalam banyak hal dan
memberi keuntungan bagi siswa untuk:
·
Mengungkapkan secara total seberapa baik pemehaman
akademik mereka
·
Mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi
·
Menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman
·
Mempertajam keahlian berfikir dalam tingkatan yang
lebih tinggi
·
Menerima tanggung jawab dan membuat pilihan
·
Berhubungan dan bekerja sama dalammengerjakan tugas
C. Cara Kerja Model Pembelajaran CTL
Untuk mencapai
tujuan di atas, dibuatlah kerangka acuan pemecahan masalah sebagai berikut :
Gambar
3. Cara kerja model pembelajaran CTL
Kegiatan Pembelajaran Matematika di Sekolah
|
BAB IV
PELAKSANAAN
PROGRAM DAN HASIL
A.
Realisasi
Pemecahan Masalah
Guru harus bisa memberikan pelajaran
matematika yang menyenangkan bagi siswanya sehingga mata pelajaran
matematika tidak menakutkan seperti momok yang ada selama ini bagi siswa.
Belajar matematika tidak hanya berhitung dan memecahkan soal-soal matematika,
namun memberikan pemahaman kepada siswa bagaimana memecahkan persoalan yang ada
di sekitar mereka.
Pembelajaran matematika dengan
menerapkan model pembelajaran CTL berlangsung dengan pengaitan materi pelajaran
dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan siswa
sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu konteks ke konteks lainnya.
CTL akan membuat materi pelajaran
sampai ke siswa dengan melibatkan siswa sepenuhnya. Siswa merekonstruksi
pengetahuan sehingga belajar lebih bermakna. Komponen-komponen dalam CTL:
konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi,
dan penilaian sebenarnya merupakan komponen yang komplit untuk menuntun siswa
terlibat aktif dalam belajar dengan cara yang tidak kaku. Jika siswa
memenuhi tujuh komponen CTL itu maka siswa akan mampu bekerja-sama dengan
baik dalam belajar, berfikir kritis tentang masalah matematika yang ada,
menemukan solusi dari permasalahn itu, melatih kecakapan dan keaktifan siswa
untuk bertanya, dan sebagainya.
Dengan demikian, maka model
pembelajaran berbasis pembelajaran CTL akan mampu menuntun dan membuat siswa
mengerti akan materi dengan cara mereka sendiri dibanding dengan penyampaian
materi dengan metode konvensional yang menuntut siswa untuk lebih banyak
menerima. Hasil konstruksi siswa terhadap masalah matematika yang ada, tentu
saja akan jauh lebih lama diingat, karena siswa dilibatkan langsung dalam
proses pembelajaran dan bukan menghafal konsep, materi, ataupun rumus-rumus
matematika
Suasana pembelajaran yang akrab
seperti ini akan membuat siswa merasa nyaman dan pembelajaran bisa menghasilkan
sesuatu yang maksimal, karena adanya peningkatan aktivitas dengan model CTL.
Dengan meningkatnya aktivitas positif siswa dalam belajar, tentunya hal itu
akan bisa membuat hasil belajar siswa turut menjadi lebih baik.
B.
Faktor
Pendorong
Ada banyak faktor pendukung pembelajaran di sekolah dasar
Negeri 4 Wameo ini, tinggal hanya bagaiman kita melihat kemampuan seorang guru
dalam menggunakan faktor pendukung tersebut.
Faktor-faktor pendukung itu diantaranya adalah sebagai
berikut:
−
Papan
tulis
−
Buku
LKS
−
Papan
Tulis
−
Mistar/Penggaris
−
Buku
diktat siswa
−
Perpustakaan
−
Mussolah
−
Peralatan
khasidah
−
Berbagai
jenis Alat peraga dalam beberapa mata pembelajaran
−
Peralatan
olah raga
−
Peralatan
seni musik ( gitar )
−
Gendang
kasida
C.
Faktor
Penghambat
Banyak hambatan dan rintangan dalam
kegiatan PPKT, antara lain :
-
Praktikan belum mengenal lingkungan sekolah
-
Kesulitan mengenal siswa, karena setiap siswa belum
saling mengenal dengan guru PPKT dan sebaliknya.
-
Guru PPKT belum tahu tugas dan langkah serta apa yang
akan dilakukan waktu pertama masuk di sekolah
-
Pada saat mengajar/praktik di kelas ada beberapa siswa
yang kurang memperhatikan pelajaran karena menganggap kami sebagai guru PPKT saja sehingga mereka
mengganggap tidak akan mempengaruhi nilai.
-
Kurangnya minat siswa dalam belajar
menghafal terutama mata pelajaran matematika yaitu perkalian dan pembegian.
BAB
V
PENUTUP
A.
Simpulan
Setelah melaksanakan Praktik Profesi
Keguruan Terpadu (PPKT ) di SD Negeri 4 Wameo selama 2 bulan yang ditekankan
pada kegiatan pembelajaran, penelitian kepandidikan, pengabdian kependidikan
dan administrasi pendidikan, dapat kami simpulkan:
1.
Dukungan fasilitas fisik SD Negeri 4
Wameo dalam keadaan baik dan memungkinkan Kegiatan Belajar Mengajar dapat
berjalan lancar.
2.
Kegiatan Belajar Mengajar di dalam kelas
maupun di luar kelas berjalan dengan baik dan lancar terlihat dari tingginya
minat siswa pada saat materi pelajaran.
3.
Dukungan Tenaga Guru yang sudah
berpengalaman dan profesional sehingga memudahkan siswa memahami pelajaran
dengan menggunakan berbagai metode yang tepat dan bervariasi.
4.
Penggunaan administrasi sekolah yang
lengkap berjalan dengan baik.
5.
Tersedianya sarana dan prasarana belajar
yang cukup memadai.
B.
Saran
Adapun
saran mahasiswa Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT ) di SD Negeri 4 Wameo ditujukan
kepada:
1.
SD Negeri 4 Wameo
·
Kepada pihak Sekolah Dasar Negeri 4
Wameo, Mahasiswa Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) mengharapkan perhatian
dalam kegiatan dan hal-hal yang bersifat konstruktif, misalnya pengarahan serta
bimbingan selama di sekolah karena mahasiswa belum mengetahui banyak hal dalam
kegiatan dan suasana sekolah.
·
Guru harus menekankan ke siswa agar
lebih tekun, rajin serta dapat mengamalkan nilai-nilai Islam yang didapatkan
dalam lembaga pendidikan baik pada diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun
kepada bangsa dan negara yang didasarkan akhlakul karimah.
·
Guru harus lebih melakukan pembinaan
dalam mengembangkan bakat dan minat siswa.
2.
Universitas Muhammadiyah Buton
Kepada pihak
Universitas bahwa untuk pelaksanaan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT)
pada tahun-tahun selanjutnya agar dapat menyesuaikan dengan waktu sehingga
proses belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien.
3.
Mahasiswa Praktik Profesi Keguruan
Terpadu (PPKT).
a.
Menjaga nama baik almamater di
lingkungan sekolah.
b.
Membangun kerja sama yang baik dengan pihak
sekolah.
c.
Menjalin silaturahmi antara mahasiswa,
guru dan murid.
d.
Mahasiswa harus menjaga kedisiplinan
dalam menjalankan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) dan mentaati seluruh
peraturan sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Dokumentasi SD
Negeri 4 Wameo
http://yuliwitanto.wordpress.com/ppl/contoh-laporan-ppkt/